Sejarah dan Perkembangan AI (Artificial Intelligence)
Kecerdasan Buatan, atau AI (Artificial Intelligence), adalah salah satu inovasi teknologi paling signifikan dalam sejarah manusia. Meski istilah ini baru muncul di pertengahan abad ke-20, gagasan tentang mesin yang dapat berpikir dan berperilaku seperti manusia telah ada jauh lebih lama. Artikel ini merangkum sejarah perkembangan AI dari ide-ide awal hingga teknologi canggih yang ada saat ini, seperti ChatGPT.
Awal Mula: Fondasi Teori dan Turing Test
Pada tahun 1950, Alan Turing, seorang matematikawan Inggris, memperkenalkan ide revolusioner melalui makalahnya yang berjudul *”Computing Machinery and Intelligence”*. Di dalamnya, ia memperkenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai Turing Test, sebuah eksperimen untuk menilai kemampuan mesin dalam meniru kecerdasan manusia. Turing percaya bahwa suatu saat komputer bisa “berpikir” dan menjawab pertanyaan dengan cara yang membuat manusia tidak bisa membedakan apakah mereka sedang berinteraksi dengan mesin atau manusia.
Turing Test menjadi dasar filosofis dari kecerdasan buatan modern. Walaupun pada masanya idenya dianggap sebagai spekulasi, konsep ini telah memicu diskusi penting dalam bidang kecerdasan buatan, hingga menjadi salah satu tujuan utama bagi ilmuwan AI: menciptakan mesin yang bisa “berbicara” dengan kita.
Dekade 1950-an: Era Awal AI dan Cikal Bakal NLP
Pada tahun 1956, istilah “Artificial Intelligence” diciptakan oleh John McCarthy, seorang ilmuwan komputer yang kelak dikenal sebagai salah satu bapak pendiri AI. McCarthy mengorganisir konferensi di Dartmouth College yang menjadi titik awal bidang penelitian AI. Dalam pertemuan tersebut, McCarthy bersama para ilmuwan lain seperti Marvin Minsky dan Claude Shannon merumuskan AI sebagai upaya untuk menciptakan mesin yang dapat menjalankan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan manusia.
Pada dekade ini juga, Joseph Weizenbaum di MIT menciptakan ELIZA, sebuah program komputer yang dianggap sebagai salah satu chatbot pertama. ELIZA mensimulasikan percakapan manusia, meskipun hanya dengan pola-pola dasar yang sangat terbatas. Namun, ini menjadi tonggak awal dalam pengembangan Natural Language Processing (NLP), cabang AI yang fokus pada pemrosesan dan pemahaman bahasa alami oleh komputer.
1970-an hingga 1990-an: Jatuh Bangun AI dan Expert Systems
Pada dekade 1970-an dan 1980-an, pengembangan AI mengalami beberapa kemajuan yang berfokus pada Expert Systems, yaitu sistem berbasis aturan yang dirancang untuk meniru keputusan seorang ahli di bidang tertentu. Program seperti MYCIN dan DENDRAL menjadi contoh awal sistem yang digunakan di dunia nyata, seperti untuk diagnosis penyakit atau analisis kimia.
Namun, tantangan yang dihadapi AI pada masa itu adalah keterbatasan teknologi dan data. Sistem berbasis aturan sangat terbatas dalam kemampuan mereka, dan AI mengalami periode yang dikenal sebagai “AI Winter”, di mana harapan besar terhadap AI tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh, sehingga pendanaan dan minat terhadap AI menurun.
2000-an hingga 2010-an: Munculnya Machine Learning dan Deep Learning
Kemajuan besar dalam AI terjadi ketika para peneliti mulai memanfaatkan Machine Learning (ML) dan kemudian Deep Learning (DL). Dalam machine learning, komputer tidak lagi sepenuhnya bergantung pada aturan yang ditentukan manusia, tetapi mereka bisa “belajar” dari data. Penemuan ini menjadi salah satu titik balik penting bagi AI modern.
Deep learning, sebuah subbidang dari machine learning, menggunakan jaringan saraf tiruan (artificial neural networks) yang meniru struktur otak manusia untuk memproses data dalam jumlah besar. Algoritma seperti Convolutional Neural Networks (CNN) dan Recurrent Neural Networks (RNN) membantu meningkatkan kemampuan komputer dalam pengenalan gambar, suara, dan bahasa alami.
2018 dan Setelahnya: Era GPT dan AI Percakapan
Perkembangan penting lainnya dalam AI terjadi dengan diperkenalkannya Generative Pre-trained Transformer (GPT) oleh OpenAI pada tahun 2018. GPT menggunakan arsitektur deep learning yang dikenal sebagai transformers, yang dirancang untuk mempelajari dan memahami pola dalam bahasa alami melalui miliaran kata dan kalimat yang dianalisis oleh model ini.
Pada tahun 2020, OpenAI memperkenalkan GPT-3, yang merupakan lompatan besar dalam kemampuan AI untuk memahami dan menghasilkan bahasa yang mirip dengan manusia. Dengan 175 miliar parameter, GPT-3 memiliki kemampuan untuk menghasilkan teks yang sangat koheren dan sering kali sulit dibedakan dari tulisan manusia. ChatGPT, yang didasarkan pada GPT-3, adalah aplikasi AI percakapan yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI secara langsung untuk menjawab pertanyaan, membantu menyelesaikan masalah, atau bahkan berdiskusi tentang berbagai topik.
Referensi
- Turing, A.M. (1950). “Computing Machinery and Intelligence.” Mind, 59, 433-460. https://doi.org/10.1093/mind/LIX.236.433
- McCarthy, J. et al. (1956). Dartmouth Conference Proposal. Available at: http://www-formal.stanford.edu/jmc/history/dartmouth/dartmouth.html
- Weizenbaum, J. (1966). ELIZA—A Computer Program for the Study of Natural Language Communication between Man and Machine. Communications of the ACM, 9(1), 36-45. https://doi.org/10.1145/365153.365168
- Russell, S., & Norvig, P. (2010). Artificial Intelligence: A Modern Approach (3rd ed.). Prentice Hall.
- LeCun, Y. et al. (2015). Deep Learning. Nature, 521(7553), 436-444. https://doi.org/10.1038/nature14539
- OpenAI (2020). GPT-3: Language Models are Few-Shot Learners. Available at: https://openai.com/research/gpt-3